ujung aspal menghilang
dalam senyap lampu jalan
kabut turun di papan iklan
salak anjing di jauhan
di perempatan dekat pasar
lampu warung masih terang
truk-truk menepi
serupa kapal sandar
yang baru datang ikut berhenti
meraung sebentar
menggetarkan embun di terpal
seorang kernet melilitkan sarung
di leher
membanting pintu sambil bersiul
mencongkel ban
lalu dentang besi beradu denting piring
di meja makan
di dinding jam pun berdentang
genap sudah
semua penanda
mempertegas malam
kota kecil pelintasan
seporsi daging kuda dan kopi sidikalang
menghangatkan lidah dan pelupuk mata
tetap nyalang
terbuka
“mari minum!” kami saling sapa
“mari!” jawab yang baru tiba
“si togur kena palak
di kedai tiga...” tak perlu basa-basi
yang datang langsung ke inti
percakapan sehari-hari
“bah, belagak dia!”
“jalan ke barus makin tak terurus...”
“hahaha, propinsi tapanuli pulak mau diminta...”
...................
kata-kata bergema
dipantulkan udara dan dinding kota
cerita dan tanya bersilangan
tak hendak meminta
jawaban
lengkap sudah
siantar-sidempuan,
medan-sibolga,
balige-tarutung
jarak tergulung
dalam gelak tatapan mata
“apa arti dolok sanggul?” aku bertanya
dari sudut menghadap kelam
“artinya gunung menyerupai sanggul,”
jawab bapak pemilik warung “Bunda”
seketika kucuri pandang pada rambut istrinya
rambut yang hitam tergelung
di larut malam
tiba-tiba kurasakan kota bergolak
dalam darah
ibu yang jauh dekat di mata.
/2013-1014
* Dolok Sanggul, ibukota Kabupaten Humbang Hasandutan, pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara thn 2003
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar