Marco Kusumawijaya*
Kalau dipikir-pikir, pilpres ini, apapun hasilnya, tak akan mengubah hidup saya secara berarti. Tapi saya merasa sangat tidak bertangung-jawab kalau golput.
Pekerjaan saya dengan komunitas, kesenian, perencanaan kota dan arsitektur ekologis rasanya tidak akan berubah siapapun presidennya. Menjadi lebih mudah atau lebih sulit, iya; tapi, dari dulu juga demikian, sebab keadaan seperti itu memang kehendak Sejarah.
Saya memilihnya bukan karena hal itu pernah mudah atau sulit, tapi karena perlu dan karena diletakkan Sejarah dalam arus itu. Pada usia 50an, juga tidak banyak yang dapat saya harapkan untuk diri sendiri ataupun untuk saya kontribusikan, kecuali dengan meneruskan apa yang saya perbuat sekarang. Kesempatan saya sudah selesai.
Tapi bagaimana dengan puluhan jutaan anak-anak muda kita yang penuh bakat, vitalitas, dan harapan? Mereka perlu mendapatkan kesempatannya untuk memberi dan menerima kehidupan lebih baik di negeri ini. Bagaimana dengan jutaan rakyat yang belum menerima listrik di desa-desa mereka? Bagaimana dengan para petani yang tidak pasti bagaimana menyekolahkan anak-anaknya? Apakah mereka juga akan mengalami negeri yang sumber daya alamnya makin rusak?
Bagaimana mereka akan menata kembali kalender musim tanam mereka yang kini kacau balau? Apakah mereka juga akan mengalami kegembiraan yang berkurang karena kebebasan budayanya yang dikekang? Apakah mereka harus menerima terbelakang di lumbung negeri sendiri, sementara dunia berlari dengan cepat?
Demi mereka itu, kita tidak bisa netral. Tidak bisa golput. Pilihan kita 9 Juli akan berarti buat mereka. Ini saat-saat yang menentukan. Mengambil resiko lebih baik daripada tidak sama sekali.
Mari memilih!
* Marco Kusumawijaya adalah seorang arsitek, mantan Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Direktur Rujak Center or Urban Studies
0 komentar:
Posting Komentar