Melacak Jejak Benak Taufiq Ismail Ihwal Pendidikan (1)

Slamet Samsoerizal*)
                                                                                                                                               
Taufiq Ismail identik dengan puisi. Ini tidak berlebihan, jika menguntit perjalanan bersastranya. Pertama kali memublikasikan puisinya (berupa pantun teka-teki) pada 1953 dan dimuat Sinar Baroe, kala ia duduk di bangku SMA. Lalu berturut-turut memublikasikan puisi-puisinya melalui majalah Gelanggang, Siasat, Siasat Baru, Mimbar Indonesia, dan Kisah. Mulai dikenal luas sebagai penyair sejak ia menulis antologi puisi  Tirani (17 puisi) dan Benteng  (24 puisi) pada 1966.  Itu berarti 61 tahun sudah  hingga 2014 ini, kreativitasnya dalam bersastra merupakan pilihan hidup.
           
Kedua antologi puisi tersebut ditulisnya di tengah-tengah pergolakan mahasiswa di tahun 1966. Berkat kedua antologi puisi tersebut, ”Pemerintah terharu betul dan birokrasi menangis ” akunya dalam Temu Sastra 82 di Taman Ismail Marzuki Jakarta.Namanya melambung dan menokoh sebagai sastrawan penting Angkatan 66.


Pendidik
           
Kemenonjolannya di bidang puisi, membuat orang tidak mengenal perjalanan bersastranya secara utuh. Taufiq Ismail sebenarnya (juga) menulis novel, cerpen, drama, dan berbagai esai budaya. Khusus mengenai novel, ia pernah menulis novel eksperimen yang pertama dan terakhir – jauh sebelum ia menentukan pilihan pada puisi – ketika ia duduk di bangku kelas satu Sekolah Rakyat Indonesia, Bergota, di zaman pendudukan Jepang di Semarang. Novel eksperimen itu ditulis di kertas bergaris dan hanya satu halaman (!) Hingga kini nasib novel itu terbengkelai.

Cerpen satu-satunya yang dipublikasikan berjudul ”Garong-garong” dan dimuat pada Majalah Horison  No. 3 Th. III, Jakarta, Maret 1968. Sedangkan cerpen keduanya berupa naskah ketikan dan belum dipublikasikan hingga kini, berjudul ”Kembali ke Salemba”.  Naskah drama satu-satunya berjudul ”Langit Hitam”, dimuat Majalah Horison, Agustus 1966. Sedangkan esai budayanya tersebar sejak 20 Juli 1963 dan dipublikasikan lewat Duta Masyarakat  dengan judul ”Pembinaan Teater Masa Kini” . Agaknya, tulisan tentang teater ini terkait dengan kiprahnya sebagai Ketua I Dewan Pengurus Pusat Badan Pembinan  Teater Nasional (1962 - 1964).
           
Ketokohannya di bidang puisi menenggelamkan kiprahnya di bidang lain seperti pendidikan. Padahal, melacak jejak benak atau pemikiran Taufiq Ismail di bidang pendidikan merupakan hal yang menarik. Kiprahnya selama 55 tahun di bidang sastera menyiratkan misi pendidikan yang diemban Taufiq Ismail dengan sadar. Pemikiran tersebut diungkapkan melalui puisi dan esai. Puisi-puisinya sarat makna tentang pendidikan. Esai-esainya dalam menggagas pendidikan –terutama dalam pengajaran apresiasi sastera--  begitu mencerahkan.

Kredo Bersastra
           
Puisi bertajuk ”Dengan Puisi,  Aku” ditulis  Taufiq Ismail pada tahun 1965. Puisi tersebut terdapat dalam antologi Buku Tamu Museum Perjuangan.  Visi kepenyairan Taufiq Ismail tercakup dalam puisi tersebut. Dengan Puisi yang kelak dinyanyikan kelompok musik Bimbo ini Taufiq Ismail ingin: bernyanyi,... bercinta, ... mengenang, ... menangis,   ... mengutuk, dan ... berdoa.    

Dalam sebuah wawancara dengan Redaktur sebuah Majalah SMA, tujuan atau misi bersasteranya tegas, yakni sujud kepada-Nya (lihat: Dua Puluh Sastrawan Bicara, 1984: 122)!  Sedangkan melalui Aku Ingin Menulis Puisi yang ditulis pada 1970 dan terkumpul pada buku Sajak Ladang Jagung merupakan misi Taufiq Ismail dalam menulis puisi. Melalui puisi tersebut, ia berkeinginan menulis puisi bermacam-macam tema dan ditujukan ke berbagai kalangan. Mari disimak cuplikan bait (1), (2), dan (3) puisi tersebut!

Aku ingin menulis puisi, yang tidak semata-mata berurusan dengan cuaca, warna, cahaya, suara, dan mega.

Aku ingin menulis syair untuk kanak-kanak yang melompat-lompat di pekarangan sekolah, yang main gundu dan petak umpet di halaman rumah, yang menangis karena tidak naik  kelas tahun ini.

Aku ingin menulis puisi yang membuat orang berumur 55 merasa 25 berumur 24 merasa 54 tahun, di mana pun mereka membacanya,bagaimana pun mereka membacanya: duduk atau berdiri.
           
Dalam ”Kata Penutup, Akhir Kalam” antologi puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1998: 198 – 205) Taufiq Ismail memaparkan proses kepenyairannya. Puisi-puisi yang ditulis memiliki pengaruh yang kuat akan seni pedalangan kala Taufiq Ismail bermukim di Yogyakarta dan seni Kaba ketika ia pindah ke Bukittinggi. Ritma suluk dalam Pedalangan begitu terngiang-ngiang senantiasa di telinganya, sangat dalam  mempesona. Begitu pula pengaruh Kaba yang menggelora. Ritma dan rima, aliterasi dan asonansi yang ditonjolkan Kaba sangat menghunjamkan pesona bagi Taufiq Ismail.   Demikianlah, melalui puisi-puisi yang ditulis, Taufiq Ismail ingin berkabar. ”Saya mau menyampaikan berita, mendalang dan berkisah lewat puisi saya, kepada pendengar dan pembaca saya.”
           
Itu sebabnya, ketika Taufiq Ismail menuliskan buram pertama puisi, ia selalu membayangkan pendengar acara baca puisi yang akan berbagi nikmat menyimaknya. ”Puisi saya terbanyak ditulis dengan kesadaran akan hadirnya audiens” paparnya. Karena puisi yang ditulisnya ingin berkabar, maka wajar bila ia menolak anggapan bahwa puisi harus padat, harus sedikit kata-kata. Tauifq Ismail berargumen: ”Daripada puisi memenuhi syarat padat dan minimum kata tapi tak indah serta gagap berkomunikasi, saya memilih puisi banyak kata tapi cantik, menyentuh perasaan, laju menghilir dan komunikatif. Puisi saya wajib musikal. Kata-kata harus sedap didengar. Tentu saja kata-kata itu mengalami ketatnya seleksi. ”Dalam puisi-puisi yang ditulisnya, substansi berkabar selalu dijaganya.
           
Substansi puisinya adalah angan-angan, kenyataan, kepekaan, kekenyangan, kelaparan, nyeri, seri, cinta, keasyikan, penindasan, penyesalan, kecongkakan, kebebalan, tekad, ketidakpastian, kelahiran, maut, kefanaan, ke-Yang Gaiban—semua berbaur di balik lensa luar biasa lebar tempat kita bersama membaca panorama kehidupan masa kini dan sejarah masa lalu lewat sudut pandang berbeda. ”Puisi saya puisi berkabar. Sebagai narasi dia menyerap dering crek-crek, gesekan rebab, dan dengung salung di dalamnya sebagai musikalitas kata tersendiri, dengan sentuhan jenaka di sini-sana.”

Taufiq Ismail telah menulis ratusan puisi sebagaimana terkumpul dalam antologi Tirani (17 puisi) Benteng (24 puisi), Buku Tamu Museum Perjuangan (19 puisi), Puisi-puisi Sepi (9 puisi), Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin dan Langit( sebuah puisi panjang), Sajak Ladang Jagung (37 puisi), Manifestasikumpulan bersama: Armaya, Djamil Suherman, Goenawan Mohamad, Hartoyo Andangdjaya, Mohammad Diponegoro, M. Saribi Afn, dan M. Yoesmanan (Taufiq Ismail menyumbangkan 5 puisi) 16 sajak terjemahan, dan 9 puisi berbahasa Sunda. Hingga tahun 1984, Pamusuk Nasution mencatat 39 puisinya yang belum dikumpulkan, dan pada 1998 Taufiq Ismail kembali menerbitkan 100 puisinya bertajuk Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia. Mengingat hingga kini Taufiq Ismail masih kreatif dan produktif menulis puisi untuk berbagai kesempatan, berbagai tema, dan pada berbagai acara,  maka tidak menutup kemungkinan jutaan puisi (bakal) ditulisnya. 
_______________   
*) Peneliti pada Pusat Kaji Darindo


Video Lengkap "Mata Najwa": Jokowi atau Prabowo?

BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com - Dipandu Najwa Shihab, Debat Capres yang digelar Metro TV lewat acara "Mata Najwa" dinilai publik lebih fair dibanding acara nyaris yang menampilkan capres dan tim kampanye Capres-Cawapres yang diadakan stasiun televisi lain.

TV One dan Grup MNC, misalnya, Prabowo-Hatta mendapatkan porsi pemberitaan yang jauh lebih besar dibanding pasangan Jokowi-JK.

Berikut rekaman debat capres yang disiarkan Metro TV. Video ini bersumber dari http://www.youtube.com/watch?v=k-f7dEuydR0:








Sekda Tani Jokowi: Sebanyak 1,2 Juta Petani dam Buruh di Sumsel akan Pilih Jokowi-JK

Ahmad Marhaen/Teraslampung.com

Anwar Sadat
PALEMBANG - Ketua Sekretariat Daerah Tani Jokowi Provinsi Sumatera Selatan, Anwar Sadat, mengklaim kurag lebih ada 1,2 juta petani dan buruh tani di Sumatra Selatan akan memilih Jokowi-JK. Mereka memilih Jokowi-JK karena pasangan ini memiliki agenda reforma agraria yang lebih jelas dari pasangan calon lainnya. Sebab melalui agenda reforma agraria tersebut, persoalan yang dihadapi para petani di Sumatra Selatan dapat terselesaikan.

“Satu-satunya cara untuk menyelesaikan persoalan tersebut, yakni pemerintah harus melakukan reforma agraria. Nah, pasangan Jokowi-JK lebih jelas agendanya mengenai reforma agraria ini, seperti akan membagikan sekitar 9 juta hektar tanah bagi para petani, buruh tani, dan petani gurem,” kata Anwar Sadat, di Palembang, Kamis (29/05/2014).

Menurut Anwar Sadar nasib 1,2 petani dan buruh tani di Sumatra Selatan sangat memprihatinkan. Selain hidup miskin, mereka juga terlibat konflik dengan berbagai perusahaan besar dan pemerintah terkait dengan lahan. Baik perusahaan perkebunan sawit, HTI (Hutan Tanaman Industri), pertambangan batubara, emas, migas, dan lainnya.

Anwar Sadat mengatakan tim kampanye Jokowi-JK bukanlah orang-orang yang bermasalah dengan persoalan agraria di Indonesia sehingga perjuangan untuk membela dan memperbaiki nasib petani lebih bisa diterima para petani.

“Jika Jokowi-JK terpilih menjadi pemimpin Indonesia, maka dijamin para penjahat lingkungan hidup mendapatkan perlindungan politik, justru para penjahat tersebut akan menerima sanski hukum,” kata mantan Direktur Walhi Sumatera Selatan itu.

Dijelaskan Sadat, saat ini ada ketimpangan dalam menguasai tanah, antara jutaan petani dengan puluhan perusahaan asing dan nasional.

“Lahan petani di pedesaan kini di bawah 0,25 hektar. Ini sangat jauh jika dibandingkan dengan perusahaan sawit asing seperti Guthie Malaysia, Wilmar International Group Singapura, Hindoli Cargill Amerika, Kualalmpur Kepong Bhd Malaysia, SIPEF Group Belgia, dan Golden Hope Group Malaysia, yang mengusai puluhan hingga ratusan ribu hektar. Ini belum termasuk lahan yang dikuasai perusahaan pertambangan batubara, emas, HTI, dan lainnya,” kata Sadat.

Sementara itu sekitar 0,2 persen penduduk yang menguasai 56 persen aset nasional dengan konsentrasi aset 87 persen dalam bentuk tanah. Akibatnya berdasarkan Rencana Strategis BPN 2010-2014 terdapat 7.491 kasus konflik agraria. Yang masuk dalam kategori konflik 858, sengketa 4.581, dan perkara tanah 2.052 kasus. Sedangkan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), mencatat sejak 2004-2012 terjadi 618 konflik agraria di Indonesia dengan areal 2.399.314,49 hektar, dan lebih dari 731.342 keluarga menjadi korban ketidakpastian agraria. Dari seluruh perkebunan sawit, 59 persen berkonflik dengan rakyat, yaitu 591 kasus konflik di 22 provinsi dan 143 kabupaten.

Di Sumsel, kata Sadat, dari 2009-2014, tercatat 60-an konflik agraria. Konflik ini tersebar sembilan kota dan kabupaten, yakni Palembang, Ogan Komering Ulu (OKU), dan Ogan Komering Ilir (OKI). Lalu, Ogan Ilir (OI), Banyuasin, Musi Banyuasi (Muba), Musi Rawas (Mura), Ogan Komering Ulu (OKU), Muara Enim dan Lubuk Linggau. Hingga 2012, hanya 14 kasus diselesaikan. Kabupaten Muba paling banyak konflik agraria, sekitar 23 kasus.

“Jadi tidak masuk di akal jika 1,2 petani dan buruh tani, yang juga merupakan masyarakat adat di Sumsel tidak memilih pasangan Jokowi-JK,” ujar deklarator Seknas Tani Jokowi ini.

Bagaimana menjaga suara sebesar itu? “Kami akan mengoptimalkan semua organ tani, termasuk lembaga adat seperti AMAN Sumsel,” katanya.

Momock B. Sumiarso: "Pelaku Korupsi di Lampung Itu Berani dan Licin"

Mantan Kajati Lampung Resmi Jabat Direktur Intelejen Kejagung

Zaenal Asikin/Teraslampung.com


Momock Bambang Sumiarso (Teraslampung.com/Zaenal Asikin)
BANDAR LAMPUNG - Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Lampung, Momock Bambang Samiarso,  resmi menjabat Direktur Intelijen Kejaksaan Agung (RI), Rabu (28/5). Jabatan eselon IIa tersebut,merupakan jabatan strategis dua tingkat dibawah Jaksa Agung Muda (JAM).

Momock menggantikan Ajimbar yang juga dipromosikan menjadi Kajati kelas I Sumatera Selatan. Sementara jabatan kepala Kejati Lampung akan diisi Sri Harjati, mantan Wakil Kejati Sumatera Selatan.

"Ini adalah amanah, saya wajib menjalankan amanah dan tugas ini, kendati masih ada beberapa perkara yang harus dituntaskan. Saya percaya pengganti saya Ibu Sri mampu menuntaskannya," kata Momock melalui ponselnya, Kamis (29/5).

Momock mengakui, delapan bulan dirinya menjadi Kajati Lampung bukanlah waktu yang singkat, karena penuntasan perkara yang menjadi tunggakan, bahkan beberapa di antaranya terdapat perkara yang sudah diproses bertahun-tahun.

"Jabatan itu bukan dilihat dari jangka waktunya, tapi apa yang sudah diperbuat. (Perkara hukum) di Lampung ini sangat unik. Perkara nyaris sama. Pelaku korupsi sangat berani, nyaris tanpa rasa takut.  Sebenarnya saya belum puas dengan penuntasan kasus yang saya lakukan. Masih ada  beberapa perkara yang belum tuntas," ujarnya.

Momock menuturkan, selama ia menjabat Kajati di Lampung ada 17 berkas perkara yang sudah diselesaikan, salah satunya adalah kasus dugaan korupsi Proyek Jalan Lintas Pantai Timur (Jalinpantim) yang sudah diproses selama tiga tahun tetapi mandek.Sementara kasus yang menjadi tunggakannya adalah pencarian mantan Bupati Lampung Timur, Satono, terpidana kasus korupsi APBD Lampung yang kabur beberapa waktu lalu.


"Kejati yang baru pastinya akan mampu memacu jaksa di Lampung agar lebih berani lagi menghadapi koruptor. Saya dapat katakan bahwa koruptor di Lampung sangat licin dan cerdik," jelas dia.

Terpisah, Plh Kasi Penkum Kejati Lampung, Ali Rasab Lubis, mengatakan selain Momock, Asintel Kejati Lampung Sarjono Turin juga akan menduduki jabatan baru sebagai Kasubdit Tipikor di Kejagung. Kepindahan petinggi Kejati Lampung tersebut, diikuti Wakajati Lampung Abdul Azis yang akan menjadi jaksa fungsional.

"Selain Kajati dan Wakajati yang pindah tugas, ada beberapa jaksa lagi yang dipindahtugaskan. Yakni Banua Purba koordinator Pidsus menjadi Kajari didaerah Indonesia timur. Sementara dari jaksa fungsional yakni Kohar, Sitorus pindah ke Kejati Bangka Belitung, Ferry pindah ke Kejati Bengkulu dan saya sendiri (Lubis-Red) tugas di Kepulauan Riau,"kata Lubis, Kamis (29/5).

Menurutnya, perubahan personel di Kejaksaan itu murni sebagai langkah penyegaran organisasi. "Pergantian ini tidak akan berpengaruh dengan perkara-perkara yang sedang ditangani dengan Kejati selama ini. Justru diharapkan perkara-perkara yang sedang ditangani akan segera diselesaikan  jaksa-jaksa yang baru," kata dia.

Berita Terkait: Mutasi Besa-Besaran di Kejati Lampung

Penganiaya Anak Kandung Ditangkap Polisi

Zaenal Asikin/Teraslampung.com


BANDAR LAMPUNG - Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polresta Bandarlampung menangkap Andi Wijaya (32), penganiaya anak kandung, saat hendak kabur ke Jakarta dengan sebuah bus, Rabu dini hari sekitar pukul 02.00 WIB. Andi ditangkap saat berada di dalam bus di Kabupaten Pesawaran, karena menganiaya anak kandungnya , Siauping alias Ping Ping (11 tahun) hingga memar sekujur tubuhnya dan tulang rusuknya patah .

Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polresta Bandarlampung, Kompol Dery Agung Wijaya, mengatakan penangkapan terhadap tersangka Andi Wijaya  berkat laporan kakek korban, MP Sihombing , yang juga ayah kandung Andi.

“Tersangka Andi dilaporkan ayahnya karena melakukan penganiayaan terhadap anak kandung dan ayah kandungnya sendiri. Diduga, pelaku  sering menganiaya anaknya karena kesal dengan mantan istrinya yang bari saja menikah lagi. Andi kami tangkap di dalam bus di perbatasan antara Pesawaran dan Bandarlampung, saat akan pergi ke Jakarta,” kata Dery, Kamis (29/5).


Dery mengungkapkan, Andi Wijaya  menganiaya anak kandungnya saat berada di rumah orang tuanya di Perumahan Nila Kandi, Telukbetung, Bandarlampung pada Senin, sebulan lalu  (7/4/2014).  Akibatnya, korban luka lebam sekujur tubuhnya, tulang rusuknya patah, dan telinga kirinya mengkerut dan mengecil karena kerap mendapat jeweran orangtuanya.

“Akibat penganiayaan ayahnya sendiri, Ping-Ping  harus dirawat di Rumah Sakit Mitra Husada (RSMH) Kabupaten Pringsewu. Awalnya, ayahnya takut melapor polisi.Namun, ketika Andi hendak kabutr ke Jakarta dia melapor ke kepolisi,” kata Dery.

Andi akan dijerat dengan Undang-Undang Perlindungan anak  dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara.

Sementara tersangka Andi Wijaya mengaku penganiayaan  terhadap  anak kandungnya karena anaknya sering melawan ibu tirinya (M, istri muda Andi). Selain itu, dia juga jengkel dengan ibu kandung Ping-Ping (mantan istri Andi) karena menikah lagi dengan pria lain. Padahal, Andi masih berharap akan rujuk lagi dengan mantan istrinya.

“Saya khilaf, karena Ping-ping ini sering melawan dan sering membuat kesal istri saya. Anak saya  sering buang air besar di celana, mengambil coklat di supermarket. Saya kemudian disuruh istri saya agar mendidik anak dengan keras,” kata Andi.

Andi mengaku kekerasan terhadap anaknya sudah sering dia lakukan sejak setahun terakhir. Menurut Andi, ia sebenarnya baru saja pulang ke rumah orang tuanya di Nila Kandi, Bandarlampung, setelah lama tinggal di luar Lampung.

“Karena saya dilaporkan ke polisi, saya disuruh kabur sama istri saya. Saya kabur ke daerah Pekanbaru, Riau; sementara istri saya pulang ke rumah orang tuanya di Tanjung Balai, Sumatera Utara.  Medan,” kata Andi.

Perangi Narkoba, Polda Lampung akan 'Back-up' Polresta

AKBP Sulistyaningsih
Zaenal Asikin/Teraslampung.com

BANDARLAMPUNG – Kepolisian Daerah (Polda) Lampung akan back-up Kepolisian Resort Kota Bandarlampung dalam menumpas bandar dan pengedar narkoba di wilayah Kota Bandarlampung. Hal tersebut dilakukan, setelah adanya perlawanan dalam penangkapan bandar besar narkoba di Jalan Abdurrahman Gg. Mangga 2 Kelurahan Sukajawa Kaliawi , Tanjungkarang Barat, pada Rabu  lalu (28/5).

Pada penggerebekan tehadap bandar narkoba Rabu lalu, anggota reserse narkoba Polresta Bandarlampung sempat ditodong pedang samurai, celurit, golok dan senjata tajam lainnya oleh puluhan pelaku pengedar narkoba.

"Itu suda kelewatan. Untungnya dalam peristiwa itu tidak ada korban jiwa. Sekarang  kami masih mengejar tersangka BD yang menjadi bandar dan otak pelaku perlawanan terhadap polisi,” kata Kabid Humas Polda Lampung, AKBP Sulistyaningsih, Kamis (29/5).

Sulis juga mengimbau masyarakat di Lampung untuk membantu petugas Polri memerangi narkoba. “Informasi dari masyarakat itu sangat penting. Kalau ada orang yang sedang mengonsumsi narkoba atau kelompok orang sedang pesta narkoba, tolong informasikan kepada polisi,” kata dia.

Dalam penggerebegan di rumah para pelaku pengedar narkoba di Kaliawi, Bandarlampung, Rabu sore (25/5) polisi menangkap dua orang yang memiliki enam paket sabu-sabu yakni Gilang (20) dan Sutrisno (27). Sedangkan tiga orang pelaku, Mardiyansyah (19), aris setiadi (18), dan feri santoso (20) diduga melakukan pengancaman terhadap anggota polisi menggunakan sajam.

Polisi juga menemukan sepeda motor, timbangan digital, dan senjata tajam milik bandar narkoba berinisial Bd dirumahnya, Namun, petugas tidak menemukan bandar narkoba yang dicari tersebut.

Bd berhasil kabur sebelum petugas datang melakukan penggrebekan. Petugas kini masih memburu tersangka berinisial AC dan Bd kini buron (DPO), Bd merupakan bandar besar sabu dan yang melakukan pengancaman terhadap anggota. Untuk barang bukti yang diamankan petugas, 20 paket sedang ganja, 6 paket sedang sabu-sabu dan empat bilah senjata tajam jenis parang, belati dan sangkur. Kelima tersangka kini diamankan di Mapolresta guna dilakakun penyelidikan dan pengembangan.

Terpisah, salah seorang warga sekitar yakni kampung Sukajawa saat ditemui tersalampung.com. Dia mengaku ketakutan saat proses penggerebekan kemarin yang dilakukan oleh anggota kepolisian bersenjata lengkap.

"Kami semua ketakutan saat banyak polisi datang menggerebek ke daerah ini, banyak juga kemaren ibu-ibu yang menangis karena khawatir ada peluru nyasar. Padahal kami sebagai warga atau tetangga tidak mengetahui kalau ada yang menjadi bandar narkoba disini," kata salah satu warga yang meminta enggan disebutkan namanya.

Warga itu mengaku berterima kasih kepada polisi karena pelaku tersebut selama ini sering meresahkan warga. “Mereka membuat resah., sering mabuk-mabukan. Kami takut menegurnya. Ketemu mereka saja kami takut. Mudah-mudahan  setelah kejadian kemarin  keadaan di wilayah kami akan berubah,” kata warga tersebut.

Ludruk Karya Budaya Mojokerto Peringati 45 Tahun Berkiprah di Dunia Seni Tradisi

Kelompok seni Ludruk Karya Budaya Mojokerto (ist)
Aan Frimadona Rosa

MALANG, Teraslampung.com - Kelompok kesenian Ludruk Karya Budaya (LKBM) Kota Mojokerto menggelar rangkaian kegiatan seni untuk memperingati 45 tahun kiprahnya  di dunia kesenian  tradisi.

Selain  peluncuran dan bedah buku "Mbeber Urip" karya Cak Edy Karya dan Kidungan Jula-Juli selama 12 jam nonstop, pada Rabu malam (28/5) juga digelar pementasan ludruk berjudul “Keris Tunjung Biru”,  di Taman Krida Budaya Jawa Timur, di Kota Malang. Lakon yang disutradarai Mijil Pawestri itu bersumber dari cerita rakyat Jawa.

Ratusan penonton pun antusiss menyaksikan pertunjukan berdurasi sekitar dua jam itu.Penonton tidak hanya berasal dari Malang, tetapi juga dari beberapa daerah kabupaten dan kota lain di Jawa Timur.

Selain ketoprak dan wayang kulit, ludruk merupakan kesenian tradisional yang sudah lama mengakar dalam masyarakat Jawa Timur. Pada awal pertunjukan biasanya akan ditampilkan tarian Remo.

Pentas tari pada acara bedah buku. (ist)
Meskipun zaman sudah berubah dengan makin banyaknya jenis seni modern, kesenian ludruk masih hidup di Jawa Timur. Menurut Eko Edy Susanto, pimpinan LKBNM, warga Jawa Timur sampai sekarang menggemari ludruk karena cerita yang dibawakan sangat dekat dengan kehidupan mereka. Selain cerita rakyat, cerita yang diangkat dalam pementasan ludruk menurut Eko adalah cerita sehari-hari.

“Kami akan terus setia mementaskan ludruk dengan kisah-kisah rakyat,” kata Eko Edy
Bahasa yang dipakai pun juga bahasa sehari-hari. Diselingi dengan aneka humor yang segar, membuat  ludruk menjadi tontotan disukai masyarakat Jawa Timur.

Eko Edy mengatakan kelompok kesenian Ludruk Karya Budaya Mojokerto lahir pada 29 Mei 1969. Selama puluhan tahun berkiprah di dunia seni tradisiional, kelompok Ludruk Karya Budaya Mojokerto sudah mendapatkan banyak mendapatkan perhargaan.

 
© 2009 CONTOH TAMPILAN | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan