Kehadiran Bolt 4G dari PT Internux benar-benar membuat publik tersentak. Layanan LTE di Indonesia ternyata diperkenalkan pertama kali ke publik oleh layanan penyedia internet, bukan oleh layanan seluler, meskipun beberapa operator seluler sudah melakukan uji coba LTE saat Konferensi APEC di Bali lalu. Janji kecepatan downstream hingga 72 Mbps tentu merupakan ide segar di tengah lambatnya pertumbuhan kecepatan Internet negara kita dibanding negara-negara tetangga.
Meskipun jangkauan/lisensi Bolt 4G hanya untuk kawasan Jabodetabek, hal tersebut tidak menyurutkan antusiasme masyarakat yang tak sabar dengan mitos LTE yang telah beredar secara global setidaknya dua tahun terakhir. Secara riil, kecepatan yang bisa diperoleh mencapai angka 20-70an Mbps dan itu jauh lebih tinggi dari apa yang biasa ditawarkan oleh ISP maupun operator seluler selama ini.
Memanfaatkan frekuensi 2300 MHz, Bolt 4G menggunakan teknologi TD-LTE/LTE-TDD yang dikembangkan bekerja sama dengan Huawei. Karena teknologi ini sudah diimplementasikan di Cina, tak heran jika perangkat yang siap, dari radio hingga modem-nya dipasok oleh perusahaan dari negeri Tirai Bambu tersebut. Untuk pemasarannya, Internux menggandeng First Media sebagai partner.
Di acara peluncurannya, Bolt 4G hanya mengungkapkan tentang satu skema harga prabayar, di mana harga perangkat mobile router-nya berharga Rp 299.000 dan sudah termasuk paket berkuota 8 GB senilai Rp 25.000. Meskipun situs Bolt 4G belum menginformasikan detil harganya, kami berhasil memperoleh informasi paket lengkap yang ditawarkan, baik untuk paket prabayar maupun paket pascabayar.
Secara umum ada empat perangkat yang ditawarkan oleh Bolt 4G. Tersedia dua macam mobile router, yaitu menggunakan perangkat ZTE dan Huawei. Keduanya bisa untuk berbagi dengan 8 perangkat. Di skema prabayar kedua mobile router ini bisa digunakan dengan membayar Rp 299.000. Berikutnya adalah paket USB Modem ZTE yang hanya bisa digunakan dengan satu komputer. Harganya adalah Rp 199.000. Terakhir adalah paket Home Router ZTE yang bisa digunakan untuk berbagi dengan 32 perangkat. Harganya lebih mahal ketimbang paket yang lain, yaitu Rp 1.199.000.
Soal kuota prabayar, tersedia lima paket yang bisa dibeli langsung melalui situs Bolt 4G. Nominalnya adalah Rp 25.000 dengan kuota 2 GB dan masa aktif 30 hari, Rp 50.000 dengan kuota 5 GB dan masa aktif 30 hari, Rp 100.000 dengan kuota 12 GB dan masa aktif 30 hari, Rp 150.000 dengan kuota 20 GB dan masa aktif 60 hari serta Rp 200.000 dengan kuota 30 GB dan masa aktif 60 hari.
Skema berikutnya adalah untuk pascabayar. Biaya untuk semua perangkat di skema pascabayar dipukul rata Rp 149 ribu per bulan dengan Unlimited Quota dan FUP 20 GB. Meskipun terlihat lebih murah, pengguna harus terikat kontrak untuk penggunaan minimal 12 bulan. Tidak diinformasikan tentang kecepatan yang bakal diberikan jika kuota telah melebihi 20 GB per bulannya. Pembayaran skema pascabayar juga bisa dilakukan secara langsung di situs Bolt 4G.
Meskipun di peta jangkauan layanan Bolt 4G mencakup hampir semua kawasan Jabodetabek, fakta bahwa saat peluncuran Bolt 4G hanya menggunakan 1500 BTS mengindikasikan bahwa jangkauan awalnya belum seluas yang diharapkan. Kawasan jangkauannya akan berangsur-angsur bertambah seiring dengan rencana penambahan penggunaan BTS hingga 3500 di tahun 2015.
Dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk berlangganan Internet dengan ISP dan layanan seluler, harga yang ditawarkan oleh Bolt 4G jelas sangat bersaing. Apalagi jika benar bahwa janji kecepatan hingga 72 Mbps bisa dipenuhi untuk kawasan yang padat pengguna sekalipun. Semoga mitos LTE di Indonesia akhirnya benar-benar bisa dipatahkan dan peluncuran Bolt 4G bakal diikuti oleh ketersediaan layanan Internet berkecepatan (sangat) tinggi di daerah lain di Indonesia. (Amir Karimuddin/Dailysocial.net)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar