A.S. Laksana*
Di buku Babad Tanah Jawa, Nabi Adam diturunkan di tanah Jawa dan kelak menurunkan raja-raja di sini. Ia berputra Nabi Sis; Sis berputra Nurcahya; Nurcahya berputra Nurasa; Nurasa berputra Sanghyang Wening; Sanghyang Wening berputra Sanghyang Tunggal; Sanghyang Tunggal berputra Batara Guru.
Batara Guru punya “simpanan” putri kerajaan Mendang dan dari sinilah bermula skandal asmara. Salah satu dari kelima anaknya, yakni Batara Wisnu, kelayapan ke negeri Mendang dan jatuh cinta pada “simpanan” ayahnya. Ia mengawini putri simpanan itu (Sang Batara Wisnu tidak tahu ayahnya punya simpanan; ia tampaknya menduga bahwa ayahnya adalah suami yang lurus-lurus saja). Ayahnya marah. Batara Wisnu kemudian pergi meninggalkan istri yang baru dikawininya dan bertapa di bawah beringin yang berjajar tujuh batang.
Dan seterusnya, babad ini menuturkan sejarah para raja dan skandal demi skandal yang terjadi turun-temurun. Setelah silsilah Nabi Adam, kisah dibuka dengan Prabu Watu Gunung, penguasa Giling Wesi, yang sedang tidur-tiduran di kursi gading. Bekas luka di kepalanya terlihat oleh Dewi Sinta, istri tua sang raja. Dari situ Dewi Sinta tahu bahwa suaminya tidak lain adalah anaknya sendiri, yang ia pukul dengan centong nasi di waktu kecil dan tak pulang-pulang sejak itu. Atas akal-akalan Dewi Sinta, yang menyarankan suaminya memperistri bidadari, Prabu Watu Gunung dibinasakan oleh Batara Wisnu. Dewi Sinta terbebas dari rumah tangga yang ruwet.
Lalu kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Sesuruh, pangeran negeri Galuh yang mengembara ke Timur karena kerajaannya ditaklukkan oleh Pajajaran. Di antara raja-raja penerusnya, ada salah satu yang kawin dengan Putri Cina, dan itu membikin istri tuanya, Putri Cempa, cemburu. Lantas Putri Cina diberikan kepada Arya Damar dengan pesan, “Jangan ditiduri dulu karena sedang mengandung.”
Arya Damar setuju. Ia membawa Putri Cina ke Palembang dan menjadi raja di sana. Anak dalam kandungan Putri Cina lahir dan kelak menyeberang lagi ke tanah Jawa untuk mendirikan kerajaan Demak. Nama anak ini Raden Patah.
Pada waktu itu di Majapahit ada tumenggung bernama Wila Tikta. Ia berputra seorang penjudi bernama Jaka Said; jika kalah berjudi Said menjadi penyamun. Oleh Sunan Bonang, pemuda ini disuruh bertapa di tepi kali. Karena itulah ia selanjutnya dikenal dengan nama Sunan Kalijaga. Riwayat hidupnya pernah dibikin film dan makamnya sekarang banyak dikunjungi orang.
Tahun berganti, dinasti-dinasti datang dan pergi, skandal datang dan datang lagi. Jaka Tingkir mengalahkan 40 buaya dan menjadi menantu sultan Demak. Di negara Demak ini ada seseorang yang mahir menangkap petir, yaitu Ki Ageng Selo. Ia menangkap petir dan melepaskan lagi tangkapannya. Karena dilepaskan itulah si petir bisa berumah tangga dan mempunyai anak. Anda tahu, namanya Gundala putra petir.
Adapun mengenai Jaka Tingkir, ia akhirnya menjadi raja dan memindahkan kerajaannya ke Pajang. Anak angkatnya, Raden Ngabehi Loring Pasar, menaklukkan Pajang sepeninggal Jaka Tingkir. Pemuda Loring Pasar ini mendirikan Mataram dan mengubah namanya menjadi Panembahan Senopati sebab ia sudah tidak lagi tinggal di utara pasar. Untuk memperkuat pemerintahannya, Senopati memperistri jin penguasa lautan, yakni Nyai Roro Kidul. Bu Nyai ini memagang hak monopoli atas warna hijau. Konon ia tak suka jika anda pergi ke Pantai Parangtritis mengenakan pakaian warna hijau. Bisa dilalap ombak sampean.
Seiring dengan berkembangnya intrik dan gairah berkuasa, Mataram pecah menjadi dua; dan masing-masing pecahan itu pecah lagi menjadi dua. Trunojoyo melakukan pemberontakan terhadap Mataram dan akhirnya bisa dibujuk untuk menyerah. Setelah tunduk, ia dibunuh; hatinya dicacah dan dibagi-bagikan kepada para bupati dan dimakan bersama-sama. Kepalanya dijadikan keset.
Janda Trunojoyo, setelah bisa mengatasi kesedihannya, punya suami lagi dan pasangan baru ini punya anak bernama Sukra, yang tampan sejak kecil dan tumbuh menjadi pemuda paling tampan di Kartasura. Raden Adipati Anom, pangeran yang tidak tampan, memerintahkan agar Sukra ditangkap. “Masukkan semut ke dalam matanya,” titahnya. Berdasarkan adegan ini, Goenawan Mohamad menulis puisi panjang berjudul Penangkapan Sukra.
Kompeni masuk, lalu berkuasa. Inggris masuk, berkuasa juga. Mereka sama-sama suka mabuk dan saling menghina. Orang-orang pribumi mendapatkan keuntungan besar atas kehadiran kedua rombongan pemabuk itu: mereka menjadi penghina bayaran. Jika Kompeni ingin menghina Inggris, mereka membayar pribumi. Jika orang Inggris ingin menghina Kompeni, mereka membayar pribumi. Seorang Cina pembuat arak menggangsir terowongan bersama dua temannya untuk mengambil roti dan barang-barang berharga yang ada di dalam benteng Kompeni. Mereka tersandung dan mati terbakar oleh obor yang mereka bawa.
Babad Tanah Jawa berhenti sampai tahun 1647. Mengenai pemerintahan raja-raja selanjutnya, mau tak mau saya harus melanjutkan sendiri dengan versi saya.
Singkat kata, meskipun Belanda kalah melulu di Eropa dan bolak-balik diduduki—oleh Spanyol, Jerman, dan Perancis—tetapi kompeni tetap menguasai nusantara dan mengontrol separuh dunia dari Batavia. Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen mati sakit perut karena kanal-kanal di Batavia penuh sampah dan tahi.
Asia bangkit di paruh pertama abad ke-20. Tentara-tentara kate datang dan mengaku-aku sebagai saudara tua, tetapi tabiat mereka tak ubahnya saudara tiri dalam cerita-cerita penindasan. Amerika menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki dengan bom atom. Muncul negara baru, Indonesia namanya.
Para bupati dan adipati mula-mula tidak setuju dengan kemerdekaan Indonesia. Bung Karno membuat kesepakatan bahwa kekuasaan mereka tidak akan diutak-atik di bawah pemerintahan Indonesia, dan mereka pun mau mendukung kemerdekaan.
Bung Karno menjadi presiden pertama dan memerintah 21 tahun. Pemerintahannya goyah oleh inflasi dan diruntuhkan oleh peristiwa berdarah. Terjadi pemotongan nilai mata uang saat itu: seribu rupiah menjadi satu rupiah. Pak Harto disambut sebagai pemimpin baru. Ia memerintah 32 tahun, tenang dan mencekam. Timor Timur dicaplok dan menjadi masalah terus-menerus. Di penghujung pemerintahannya, para aktivis diculik, sebagian dilepas dan sebagian ditumpas. Beberapa mahasiswa dan demonstran tewas ditembak.
Ketika Pak Harto dipaksa turun, Pak Habibie meneruskan pemerintahannya. Timor Timur merdeka; skandal Bank Bali meledak pada masa ini dan kita mendengar istilah “Golkar Hitam” dan “Golkar Putih”, entah apa bedanya. Pelaku-pelaku penting dalam skandal ini tak mendapat sanksi. Para politisi tetap menjadi politisi. Golkar Hitam dan Putih melebur lagi diam-diam menjadi “Golkar Baru”.
Lalu Gus Dur memerintah, hanya 2 tahun tetapi riuh sekali dan banyak guyon. Tukang pijit masuk istana dan menjadi orang penting dalam pemerintahan; skandal Bulog melemahkan posisinya. Presiden Gus Dur diturunkan di tengah jalan dan diganti oleh Wakil Presiden Megawati. Putri Bung Karno ini sangat pendiam ketika menjadi presiden; ia sama sekali tidak mewarisi kepintaran berpidato bapaknya. Dalam pemilihan presiden langsung yang digelar untuk pertama kalinya, ia kalah oleh SBY.
Pak Beye memerintah lima tahun bersama Jusuf Kalla. Banyak bencana alam, mulai dari tsunami di Aceh dan Nias, gempa di mana-mana, tanah longsor, gempa lagi, dan seterusnya. Ada juga kejadian lucu, yakni digembar-gemborkannya proyek Blue Energy—nama Indonesianya “Minyak Indonesia Bersatu”—dan padi Super Toy.
Dan sekarang Pak Beye memerintah lagi untuk masa jabatan kedua. Kita mengunyah-ngunyah skandal Bank Century, terpukau Gayus Tambunan, makelar pajak kelas rendah yang kekayaannya ratusan miliar rupiah, dan pelbagai skandal lainnya. Sebelumnya kita disuguhi fabel “cicak lawan buaya”. Selamat menikmati.***
* Sastrawan. Tulisan-tulisan A.S. Laksana bisa dibaca di http://as-laksana.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar