Isbedy Stiawan ZS/Teraslampung.com
Bandarlampung—Menjelang pemilu legislatif dan pemilu gubernur, Jalan Tirtayasa, Kelurahan Campang Raya rusak parah. Sudah tujuh tahun nasib jalan itu nelangsa. Lalu, apa yang dilakukan pejabat kota, dan provinsi, dan para anggota Dewan?
Jalan Tirtayasa, Kelurahan Campang Raya, Kota Bandarlampung rusak parah. Kerusakan hampir sepanjang jalan tersebut hingga mendekati simpang tiga Jl Ir. Sutami. Sehingga kendaraan, terutama mobil, melaju sangat lambat karena mesti memilih dan hati-hati.
Dirot Kadirah, warga Jakarta, mengaku sangat kesal saat melalui jalan itu ketika hendak menuju Tanjungbintang, Lampung Selatan, Selasa (25/3) siang. “Kalau ada jalan alternatif meski jarak tempuh sedikit jauh, lebih baik pilih jalan itu,” dia menggerutu.
Dirot yang datang ke Lampung ingin berlibur dan “memburu” batu akik di Tanjungbintang, mengatakan sekitar 1 jam perjalanan dari flayover Jalan Tirtayasa hingga simpang tiga Jalan Ir. Sutami. “Kalau kerusakan jalan ini dibiarkan terus, warga malas lewat jalan ini dan jalan semakin tak berfungsi,” katanya.
Jalan Tirtayasa, Kelurahan Campang Raya ini, sebenarnya sudah tujuh tahun mengalami kerusakan. Sepanjang tujuh tahun itu tidak pernah disentuh, baik oleh pemerintah provinsi ataupun pemerintah kota.
Menurut salah seorang warga setempat, Susanto, kedua pemerintahan tersebut saling melempar tanggung jawab. Jalan Tirtayasa sejatinya ada milik provinsi, namun ada kabar bawah pemerintah provinsi telah menyerahkan kepemilikan sekaligus tanggung jawabnya kepada Kota Bandarlampung.
“Tetapi, kabarnya yang saya ketahui pemkot tidak atau belum mau menerima. Jadi begini, nasib Jalan Tirtayasa seperti anak tak punya bapak,sehingga tak ada yang mau bertanggungjawab. Akibatnya, kerusakan ini dibiarkan bertahun-tahun,” ujarnya.
Susanto mengaku, sudah tujuh tahun lebih Jalan Tirtayasa rusak parah.Artinya sudah satu periode lebih kepemimpinan gubernur ataupun walikota. “Jadi, apa yang dilakukan kedua pemimpin itu selama ini? Jalan ini di depan mata mereka ljo?” ujarnya.
Sementara itu, wajah para calon legislatif (caleg) dan pasangan calon gubernur (cagub) memenuhi sisi jalan, baik di batang pohon ataupun tembok bangunan. Menjadi pertanyaan, imbuh Dirot, apakah mereka tidak malu?
“Seharusnya mereka (caleg dan pascaleg, Red) malulah, setiap detik dilihat warga pengguna jalan yang rusak ini,” kata Dirot lagi.
Usup, buruh bengkel las di Jl. Tirtayasa Bandarlampung, mengaku sudah jengah menyaksikan nasib jalan tersebut. Apalagi, sebagai warga di sana, ia harus menanggung risiko yakni menghirup debu yang diempas oleh kendaraan jika tidak hujan.
“Tulis saja pak jadi berita, biar pejabat tahu. Kalau terus-terusan diberitakan, masak sih mereka satu kali pun tak membaca,” ucapnya lagi.
Harus Zigzag
“Bayangkan kalau mobilnya agak pendek, dipastikan akan tersangkut,” kata Dirot.
Untuk itu, hampir setiap pengendar benar-benar ekstra hati-hati, akibatnya laju kendaraan sangat lamban. Karena hampir seluruh ruas jalan rusak parah, terkadang mau tidak mau pengenara menabrak jalan berlubang dengan hati-hati.
“Tak jarang, sesama kendaraan kesonggolan atau ditabrak oleh kendaraan yang ada di belakang. Soalnya mobil yang di depan berhenti tiba-tiba saat terjebak lubang dan ingin mencari jalan yang agak bagus,” kata Susanto, warga setempat.
Usup berharap, pemerintah segera memperbaiki Jalan Tirtayasa. Sebab, jalan ini satu-satunya tercepat dan dekat jika dari Bandarlampung hendak ke Tanjungbintang (Lampung Selatan) atau Sribawono (Lampung Timur).
“Apalagi sepanjang Jalan Sutami adalah pabrik dan perkantoran perusahaan, kalau ini dibiarkan maka lama-lama aktivitas perusahaan akan surut,” katanya.
Gubernur Lampung 'Ditampar' Jokowi Dua Kali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar