Oyos Saroso H.N. |
Karikatur @sudipurwono |
Tahun depan kakek pensiun. Sudah tua ia. Tapi ia masih merasa selalu muda. Utamanya dalam hal urusan syahwat untuk berkuasa.
Pensiun, bagi kakek hanyalah soal administrasi kantor. Maka itu, pensiun juga berarti awal hidup baru untuk untuk menggenggam dunia.
Pensiunnya kakek, berbeda dengan pensiunnya para PNS. PNS yang pada umumnya saat masuk masa pensiun tidak memiliki deposito dalam jumlah besar, kebun yang mahaluas, sawah berhektare-hektare, ruko pating tlecek, dan himpunan vila di berbagai dataran tinggi di Negeri Rai Munyuk. Jangankan semua itu, uang pensiun pun kerap harus sudah dipakai untuk membayar cicilan pinjaman ini-itu.
Tentu kami bangga kepada kakek. Selain kekayaannya sak hohah sehingga kami susah menghitungnya, di kantornya kakek punya jabatan penting. Saking pentingnya, sebelum pensiun kakek masih dikasih tugas baru: menyelamatkan perusahaan dari ancaman ditendang dari Negeri Rai Munyuk. Ya, perusahaan tempat kakek bekerja, PT Sona Groups Congcorongox nyaris habis izin operasinya di Negeri Rai Munyuk. Untuk memperpanjang izin, tentu harus ada persetujuan dari Gubernur Jenderal Negeri Rai Munyuk. Dan itu bukan perkara mudah. Namun, akan menjadi sangat mudah jika yang menjadi Gubernur Jenderal di Negeri Rai Munyuk adalah ‘orang dalam’ PT Sona.
“Sudah ketemu solusinya!” pekik kakek,seusai makan makan.
Kami terperanjat.
“Solusi apa Pa?” tanya Sinyo Rela Firella.
“Kamu harus saya jadikan Gubernur Jenderal!” ujar Kakek.
Om Sinyo Rela Firella bingung.
“Saya pusing Pa. Ngurus satu perusahaan saja pusing. Kalau tidak disuntik Papa, perusahaan saya juga sudah lama gulung tikar. Bagaimana mungkin saya bisa mengurus Negeri Rai Munyuk?”
“Percaya deh.. kamu pasti bisa. Nanti urusan modal akan disiapkan oleh PT Sona. Nyonya Lili Poet pasti ACC!”
“Bagaimana dengan perusahaan saya Pa?” tanya Om Sinyo.
“Sudahlah itu urusan kecil! Kalau kamu jadi Gubernur Jenderal Rai Munyuk, kita akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus: pertama pabrik tepung kita akan tetap moncer karena kebun jagung milik PT Sona bisa diperluas dan tak perlu takut izin HGU habis.Bahkan, PT Sona bisa ekspansi kebun ke semua daerah! Bila perlu semua tanah di Rai Munyuk kita jadikan kebun jagung!”
Saya tidak tahu apa yang dimaksud kakek dengan solusi, ACC, dan Gubernur Jenderal. Yang pasti, pagi harinya, di rumah Kakek yang megah, sudah terpasang banner raksasa dan baliho raksasa bertuliskan: “Rau Munyuk Maju Bersama Rela Firella”.
Tak lama kemudian, spanduk dan poster Om Sinyo Rela Firella terpasang di hampir semua sudut Negeri Rai Munyuk, hingga ke pucuk-pucuk gunung dan di hutan belantara yang dihuni manusia.
***
Suatu hari saya lihat wajah Kakek sudah nampang di koran disertai sebuah tulisan hasil wawancara. Judulnya besar: “Bos PT Sona Groups Congcorongox Ajukan Anaknya Jadi Gubernur Jenderal!”
Sejak itu Negeri Rai Munyuk selalu gaduh. Kehebohan tiap hari terjadi. Orang-orang berebut tepung dan jagung. Yang suka mentahnya berebut lembaran uang. Anak-anak muda mendekati Om Sinyo. Kakek-kakek dan nenek-nenek menciumi pipi Om Sinyo. Mantan tokoh mahasiswa merapat,bos organisasi profesi merapat, tukang bubur merapat, aktivis merapat. Bahkan, penyelenggara pemilihan Gubernur Jenderal pun merapat ketika dipanggil Om Sinyo.
Rumah kakek selalu riuh. Saya pusing dan bingung. Saya jengkel menyaksikan Kakek tiap hari mengasah syahwat (kekuasaan). Tapi apalah daya saya. Saya cuma bujang belasan tahun yang masih numpang hidup sama Kakek.
***
Kalau menyaksikan syahwat Kakek, saya jadi teringat cerita Kakek tentang kakek-kakek dari negeri sebelah. Katanya, dulu di negeri sebelah ada seorang kakek yang ingin berkuasa sepanjang hayat. Maka,dibuatkan aneka skenario yang menyimpulkan bahwa kakek bersyahwat besar itu sangat dibutuhkan untuk memimpin negeri berpenduduk ratusan juta itu.
Kebulatan tekad untuk mengusung kakek besar syahwat pun didengungkan di mana-mana. Tentu, dulu tidak ada acara jalan sehat berhadiah, wayangan berhadiah, dan lomba kencing berhadiah. Yang pasti, kakek itu akhirnya memang menjadi kepala negeri untuk yang kesekian kali,sampai ia jatuh karena keserimpung langkahnya sendiri....