Pos parkir di Jl Pemuda Bandarlampung |
Beberapa waktu lalu, untuk sebuah keperluan saya datang ke Jl. Pemuda, Bandarlampung. Memasuki jalan tersebut dari Jalan Kartini, saya berhenti sebentar di depan pos parkir. Petugas memberikan sobekan karcis bertuliskan nominal Rp 2.500. Itu adalah biaya parkir untuk satu jam pertama.
Kurang dari satu jam, setelah keperluan saya selesai saya pun pulang dan kembali bertemu petugas karcis parkir di pintu keluar. Saya menyodorkan uang an karcis parkir kepada petugas. Sambil menerina karcis, ia meminta saya membayar lagi yang parkir. Karena tidak mau berdebat, saya pun menyerahkan uang sesuai permintaan petugas.
Saya bukan ingin cerewet dengan lembaran uang receh itu. Saya hanya ingin agar publik di Kota Bandarlampung dan para pemangku kepentingan tahu begitulah cara profesional pengelolaan parkir di Bandarlampung.
Permintaan uang parkir oleh petugas karcis parkir tanpa mengecek di layar komputer berapa lama saya parkir membuktikan bahwa pengelolaan parkir di Bandarlampung tidak profesional. Ada penerapan parkir ganda (membayar dua kali) dan ada celah untuk membocorkan setoran uang parkir. Pembayaran ganda jelas pemilik kendaraan yang merugi karena harus mengeluarkan uang dua kali. Bagaimana soal waktu yang tidak dicek dan hanya semaunya petugas?
Pengalaman saya itu jadi mengingatkan saya pada kabar beberapa bulan lalu yang menyebutkan bahwa pengelola parkir di Kota Tapis Berseri ini (PT Mitra Bina Persada) tidak mencapai target. Pemkot Bandarlampung menargetkan pada 2013 PAD dari parkir mencapai Rp 6 miliar. Namun, hanya bisa terealisasi Rp 4,2 miliar.
Kita tahu, parkir adalah lahan basah untuk mendapatkan uang secara mudah. Tinggal menjalankan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan, terapkan tegas di lapangan, tutup kebocoran, maka akan beres. Pencapaian target bukanlah hal yang perlu dipusingkan. Namun, jika sistem kerja petugas parkir di Bandarlampung seperti yang saya temui di Jalan Pemuda itu, tidak heran jika target akan meleset jauh. Menyalahkan pembangunan jalan layang, sebagaimana dilakukan oleh pihak PT MBP saat target pemasukan uang parkir tak memenuhi target, bukanlah jawaban yang pas.
Mohon kiranya pihak PT MBP dan dinas terkait di Pemkot bisa membenahi hal tersebut. Saya yakin, masih banyak warga di kota ini yang juga punya pengalaman seperti saya dalam urusan parkir kendaraan.
Ferly Ananda, warga Pasir Gintung
Bandarlampung
0 komentar:
Posting Komentar